Literasi Kepenulisan: Manifestasi Trilogi IMM di Era Post-Truth

Foto doc. Google

Karya : Firdan Fadlan Sidik

“Pada tahun 2016, Oxford menjadikan kata post-truth sebagai “Word of the Year”

Demikianlah penghargaan yang disematkan oleh Oxford kepada istilah “post-truth” pada tahun 2016. Hal ini dikaitkan dengan dua momen politik paling berpengaruh di tahun 2016; yakni keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit) serta terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat. Suhu politik di Amerika menjadi panas dengan kehadiran berita bohong yang disebarluaskan oleh media sehingga kepercayaan masyarakat terhadap wartawan kian menurun.

Kehadiran era post-truth didasari oleh perkembangan teknologi yang bergeran secara disruptif. Dunia sangat khawatir dengan sirkulasi berita pelintiran dan informasi palsu yang beredar dan menyebar cepat di Facebook. Raksasa teknologi yang mendisrusi media arus informasi utama menyebabkan
konten facebook beredar bebas. Pihak lain beropini bahwa media arus utama gagal mempertahankan kualitas pemberitaan sehingga mendorong masyarakat mencari alternatif informasi di media sosial. Perselisihan informasi dan ketegangan antara Facebook dengan media arus utama serta khalayak publik terjadi pada bulan September 2016.

Lihainya Era Disrupsi 
Kemunculan istilah post-truth tidak lahir dari sebab yang tunggal, melainkan hasil kausalitas fenomena lain. Adalah Clayton M. Christensesn, pengajar Harvard Bussines School sekaligus peletak teori disruption pada tahun 1997. Sejak krisis ekonomi Asia (1997) dan Amerika (2008), anak-anak muda di seluruh dunia begitu bergairh membangun start-up ketimbang mencari pekerjaan. Fenomena ini membangkitkan semangat anak muda untuk berlomba meraup keuntungan di dunia usaha, bahkan “mendisrupsi” industri, meremajakan, dan membongkar pendekatan-pendekatan lama dengan cara-cara baru. Demikian halnya dengan arus informasi dari media utama menuju media digital yang dilatarbelakangi oleh kepentingan politis dan ekonomi.

Dengan menggunakan algoritma pelacak jejak, facebook menjadi distributor informasi raksasa yang mampu mengeksploitasi berita. Namun raksasa teknologi ini mengabaikan nilai penghormatan public dan mengindahkan kode etik jurnalisme sehingga mendisrupsikan (mengacaukan) dunia informasi. Facebook telah merebut pasar informasi virtual dan memenangkan perhatian generasi milenial.

Memenangkan Era Post-Truth Melalui Jalan Sunyi
Literasi adalah wahana akademik yang menjadi identitas kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Kemampuan berdialektika secara anggun dan santun menjadi tradisi yang menjalar dari masa ke masa. Semangat transformatif telah menjiwa dalam trilogi IMM yang diaplikasikannnya. Maka bergelut di dunia literasi kepenulisan menjadi tanggung jawab akademiknya. Dalam istilah lain, kader IMM bergerak melalui medan sunyi, bersembunyi dalam kata-kata yang menggugah dunia, merobek tatanan birokrasi yang salah arah, dan mengkritisi fenomena sosial.

Dalam kesehariannya, kader IMM diibaratkan menjadi trilogi IMM yang berjalan dengan tubuhnya. Semangat religiusitas, intelektualitas dan humanitas senantiasa mendasari setiap tindakannnya. Sifat dari trilogi merupakan kesatuan integral di mana satu sama lain tidak bisa dipisahkan, tetapi data dibedakan. Dalam semangat literasi dan dunia kepenulisan, terdapat sebuah integrasi antara nilai-nilai trilogi IMM.

Menulis dan Religiusitas : Semangat Profetik
Menulis adalah spirit melanjutkan risalah kenabian. Para sahabat nabi bersemangat untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi. Bahkan, saking semangatnya, perkataan nabi selain
Al-Qur’an (yang dikenal dengan Hadis) juga dituliskan. Padahal Muhammad melarangnya. Mereka menuliskannya di selembar pelepah kurma, batu, tulang, dan perkakas lainnya. Semangat ini dilandasi oleh kekhawatiran akan hilangnya ayat suci Al-Qur’an di muka bumi. Semangat menulis ini membawa manfaat di kala wafatnya Muhammad dengan ide pembukuan Al-Qur’an seiring semakin
bertambahnya jumlah sahabat Muhammad yang wafat.

Demikian halnya sahabat, para ulama salaf (terdahulu) juga memiliki spirit yang sama dalam dunia keilmuan. Jika saja para ulama tidak memiliki semangat dalam menulis, maka tidaklah akan sampai keilmuan para ulama di era sekarang. Bahkan menulis bagi para ulama adalah sesuau yang sakral. Imam Bukhori dalam menuliskan sebuah hadis, selalu didahului oleh sholat 2 rakaat. Para sahabat
lain selalu memiliki wudhu ketika menulis.

Implementasi bagi kader IMM di era post-truth ini adalah dengan menyelami dunia kepenulisan sebagai sebuah keniscayaan seorang muslim Muslimah dalam pengabdiannya terhadap ilmu. Dalam
setiap ilmu ada sebuah kewajiban untuk menyampaikan. Dan menulis adalah salah satu sarana dakwah yang mampu menembus batas ruang dan waktu, dapat dikonsumsi oleh berbagai kelangan manusia di berbagai media. Terlebih di era post-truth dimana kredibilitas media tereduksi oleh berita-berita hoaks. Hal ini akan meresahkan warga.

Menulis dan Intelektualitas : Semangat Akademik
Menulis adalah sebuah keniscayaan bagi sivitas akademika. Baik dosen maupun mahasiswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengembang amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagaiman
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 9 yang berbunyi:

”Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, penelitian, dan pengambdian kepada masyarakat.”

Mahasiswa sebagai anggota sivitas akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran tinggi dalam mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual,
ilmuwan, praktisi, dan/atau professional.4 Menulis bagi mahasiswa adalah sebuah makanan pokok sehari-hari yang menuntut mereka untuk senantiasa kritis terhadap persoalan global dan lokal. Di era post-truth ini masyarakat umum dibingungkan dengan arus informasi hoaks. Maka mahasiswa sebagai social control mengemban amanah untuk menyebarkan berita informasi yang valid dan
akurat. Kader IMM seyogyanya menjadikan kepenulisan sebagai misi akademiknya yang
berlandaskan semangat trilogi IMM : intelektualitas.

Menulis dan Humanitas : Semangat Melembutkan Jiwa dan Perasaan melalui Sastra
Selain tulisan ilmiah (non fiksi), juga terdapat kategori tulisan berupa fiksi, yang di dalamnya
mencakup sastra. Sumber akan ilmu pengetahuan tidak hanya bersumber dari tulisan ilmiah (non fiksi). Di balik tu terdapat nilai agung dari tulisan kategori sastra. Kehadiran sastra di tengah
masyarakat dapat berfungsi sebagai pembentukan karakter individu-individu dalam masyarakat. Sastra adalah sebuah media pengejawantahan tipologi dan karakter manusia yang dineah dengan
dunia imajinasi. Sastra terinspirasi dari eksternalisasi berbagai pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat. Hasil karya sastra yang dihadirkan dalam berbagai karakter ini memungkinkanmasyarakat pembaca untuk merenungkan dan menilai karakter mana yang kiranya dapat dicontoh dan ditolak. Tokoh-tokoh cerita yang dihadirkan adalah layaknya manusia, yang memiliki tiga dimensi: fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Melalui tiga dimensi inilah pembaca dapat mencermati dan memahami dari tiga dimensi ini.

Sastra menyajikan fakta sosial, mental, dan gagasan baru yang dibungkus secara lebih halus namun sarat akan makna. Tujuan sastra, jika ditelisik lebih dalam memiliki fungsi untuk memperbaiki kualitas karakter dirinya. Sastra merefleksikan kebenaran-kebenaran substantif, kebenaran-kebenaran periferal (pinggiran), berbagai gagasan nilai baru, berbagai alternatif struktur sosial baru, dan lainnya.

Semuanya disajikan dalam gaya kepengarangan yang bervariasi sampai pada penggunaan gaya ironisme dan bahkan sarkasme sekalipun, namun muaranya adalah pada semangat perbaikan hidup yang lebih baik—baik secara individu maupun kolektif. Makna-makna yang tersirat dan yang
diberikan, dipersilakan kepada masyarakat pembaca untuk menggali atau memaknakannya.

Demikiankan kader IMM harus mengasah kemampuan daya serap sastra untuk mempertajam jiwa humanitas. Di samping tulisan ilmiah, perlu juga dilengkapi dengan kemampuan sastra supaya mampu menghaluskan ketajaman tingkat kemanusiaan (humanitas).

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Ida. Eksotisme Sastra: Eksistensi Dan Fungsi Sastra Dalam Pembangunan Karakter Dan Perubahan Sosial. Universitas Airlangga.
Dhimas, Kharisma, 2017. Etika Media di Era “Post-Truth”. Jurnal Komunikasi Indonesia Volume
VI, Nomor 1
Rhenald Kasali. 2017. Disruption. Jakarta: Rumah Perubahan
Soleh, Ahmad. IMM Autentik. Penerbit SAGA, Surabaya.
Wibawa, Sutrisna. Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan dan Pengabdian Kepada Masyarakat).
2017. Universitas Negeri Yogyakarta

Comments

Popular posts from this blog

Political Economy of Palestine: Critical, Interdisciplinary, and Decolonial Perspective

Strategi Pemuda dalam Memberantas Hoaks di Era Milenial Inspirasi Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 9-26

MENANAMKAN PENDIDIKAN PROFETIK PADA MAHASISWA GUNA MEMBENTUK MAHASISWA TELADAN UMMAT (Essay by Fadlan S)